Subscribe:

Pages

Selasa, 10 Februari 2015

Our Conversation

4 Februari 2015


Ini tempat sensitif, ini tempatnya orang pacaran. Jadi aku akan duduk sedikit menyerong, aku tidak akan duduk tepat di depanmu. Aku tidak mau orang lain mengira kita pacaran, meski sebenarnya aku sedikit menginginkannya. Arrghh. membiarkan orang lain mengira kita pacaran hanyalah membohongi diriku sendiri.

***

"Jadi cowo mah enak, bisa milih!" katamu. Kamu kembali menyeruput es jerukmu.

"Iya, enak." Kataku, pendek.

"Cowo mah bisa milih, tapi tetep yang nentuin mah cewe, hahahah." katamu puas.

Aku diam.

"Laki laki mah gampang tinggal jadi soleh. Cewe ga boleh nolak cowo soleh." katamu lagi.

Tapi cewe juga enak, tingga nunggu.

"Iya gitu?" aku mengkonfirmasi, sedikit tidak percaya. Satu sedot es cappuccino masuk ke tenggorokkanku.

"Iya! Kan ada hadisnya." katamu meyakinkan.

Aku mencondongkan sedikit badanku dengan kedua sikut menumpu pada meja. "Bener ya!" nada menantang sedikit menyertai ucapanku.

"Bener!" kamu menjawab, yakin.

"Bener ya!" tantangku sekali lagi.

Kamu tertawa kecil. Keyakinanmu nampaknya mulai goyah.  "Bener." nada tidak yakin kini menyertai suaramu.

"Oke!" kataku, merasa tertantang.

Baiklah, aku akan berusaha.

.***

"Aku kelihatan banget yah orang sistematis. Pertama makan steak-nya dulu, terus wortelnya, terus ini." katamu sambil menunjuk kacang buncis yang tersisa di atas hot-plate di depanmu dengan pisau.

Aku merespon dengan senyuman.

***

Namanya terdiri dari 11 huruf, dua kata, kata pertama 6 huruf, mengandung huruf  "a", "i", dan "f".  Arrrgh, benar benar menggangu pikiranku!

0 komentar:

Posting Komentar