Subscribe:

Pages

Rabu, 04 Maret 2015

Secangkir Cappuccino

"Kenapa suka sekali minum kopi?" kataku mengawali percakapan.  Pelayan baru saja selesai membawakan pesanan kita.

"Ini bukan kopi.  Ini Cappuccino," jawabmu sambil mengaduk minumanmu dengan sendok.

"Apalah namanya. Yang penting ada kandungan kopi-nya kan?" kataku. Kamu sedikit tersenyum.

"Ga tau. Suka aja." jawabmu.

"Ko ga tau?" aku belum menyerah.

"Ngeyel ih! Apa harus selalu ada alasan untuk suka sama sesuatu?" katamu.  Meski kesal kamu tidak pernah bisa menampilkan wajah marah.  Selalu yang terlihat di wajahmu adalah raut muka imut menggemaskan.

"Mungkin tidak selalu harus.  Tapi pada kesan pertama pasti ada sesuatu yang membuat kamu jadi suka."
Kamu diam.  Matamu menerawang.  Hening sejenak menyelimuti kita.

"Mungkin, karena saat minum kopi perasaanku menjadi lebih tenang." ungkapmu.
Aku menganggukkan kepala.

"Lalu... Lalu apa alasanmu menyukaiku?" katamu tiba tiba.  Aku yang hendak memasukkan makanan ke mulutku sampai membatalkannya. 

"Apa harus selalu ada alasan untuk suka sama seseorang?" kataku membalikkan pertanyaanmu.
Dan sialnya, kamu melakukan hal yang sama : "Mungkin tidak selalu harus.  Tapi pada kesan pertama pasti ada sesuatu yang membuat kamu jadi suka," katamu.

Aku terdiam.  Kutatap wajahmu dalam, berusaha menemukan satu dari sekian banyak alasan mengapa aku bisa menyukaimu.

"Aku suka tahi lalat kecil yang ada di bibirmu.  Menurutku wanita yang memiliki tahi lalat kecil di bibirnya lebih cantik tiga kali lipat dibanding bila dia tidak memilikinya."