A Story About Love
Akhir Sebuah Penantian
Seperti biasa, Dani melaju kencang menuju sebuah sekolah yang
letaknya jauh di pusat kota sana. Dengan warisan dari kakeknya, sebuah motor
bekjul-- bebek tujuh puluh -- berwarna
merah yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi.
Dani melepas helemnya. Motor bekjul yang suaranya membisingkan itu
dia matikan. Dia tinggalkan motor kebanggaan kakeknya dulu itu. Langkahnya tegap ke luar dari tempat parkir
sekolahnya. Kepalanya merunduk, kehidupan yang sederhana membuatnya tak pernah merasa
tinggi hati.
Seketika, langkahnya terhenti. melintas di depan matanya, si gadis
merah jambu berjalan menuju gerbang sekolah. Kedua pasang mata itu sempat
bertemu sekilas. Dani salah tingkah. Si gadis merah jambu pun memerah pipinya.
Kerudung putih dan bercahaya yang dikenakannya tak mampu menandingi kemerahan
pipinya. Harmoni syahdu mengalun di hati Dani. Tanpa berhenti menunduk, Dani
terus berjalan menuju kelasnya.
Telah sekian lama Dani mengagumi gadis imut merah jambu itu. Selain
wajahnya yang cantik, otaknya yang cerdas, hatinya seputih salju, Dani melihat
ada sesuatu yang beda pada gadis itu. Ia tak tahu apa itu, yang jelas setiap
menatap wajahnya yang ayu, hati Dani selalu bergetar. Terdengar alunan melodi
dalam hatinya saat kedua mata mereka bertemu pandang.
JKL
Amanda, Si gadis merah jambu
merebahkan tubuh di tempat tidurnya. Segala suasana penat sekolahnya sejenak ia
lupakan. Angannya melayang jauh. Semakin
jauh. Pikirannya ia lepaskan, ia bebaskan, ia biarkan pikirannya terbang
melayang. Angannya, pikirannya membawa dia pada bayangan lelaki misterius yang
selalu tertunduk saat berjalan.
Bayangan itu semakin jelas, semakin nyata di pikirannya. Muncul
semacam getaran dalam hatinya. Dawai syahdu mengalun lembut dan…
“Astagfirullah,” sekejap ia singkirkan bayangan itu. Sekuat tenaga
ia singkirkan, dan tak bisa. Bayangan itu tak bisa ia hilangkan. Terlalu kuat
bayangan itu merasuki pikirannya. Entah kekuatan apa yang kuasa menyimpan
bayangan itu dalam angannya. Kerudungnya
yang indah ia lepaskan. Matanya ia pejamkan. Nafasnya ia atur. Coba tenangkan
pikiran, dan ia pun tidur.
JKL
“Aku cinta kau,” ucap seorang lelaki dengan tiba-tiba berada duduk
di depan Amanda.
Amanda hanya terdiam. Tertunduk.
Pipinya memerah.
“Apa jawabanmu ?”
Amanda masih terdiam. Pipinya semakin merona. Sekejap kemudian,
kata-kata perlahan ke luar dari mulutnya.
“Kau pun agaknya telah tahu
apa sebenarnya jawabanku”
Laki-laki itu tersenyum, manis. Wajahnya bercahaya, Dan, suara merdu
seruling bambu mulai terdengar menghiasi taman itu. Bunga-bunga sakura
berguguran, indah menyelimuti cinta yang tumbuh antara mereka.. Getar
dawai-dawai kian terdengar syahdu, dan….
“Amanda, bangun sayang, sudah waktunya shalat Ashar,” suara lembut itu perlahan mengusir mimpinya.
Amanda terbangun. Masih sulit baginya mendeskripsikan apa yang baru saja
terjadi.
“Cepat sana mandi, sudah masuk waktu Ashar, kamu kan belum shalat.”
“Manda masih ngantuk Bu.”
“Iya, tapi sudah waktunya shalat Ashar, kamu kan belum shalat.
Lagian gak kaya biasanya kamu tidur siang!”
“Manda capek Bu, di sekolah tadi banyak tugas.”
“Jangan jadikan alasan rasa capekmu untuk ninggalin shalat,
dosa!” dengan nada yang tegas, ibu
Amanda menyuruh dia shalat. Keluarga ini terhitung cukup kaya di wilayahnya.
Ayah Amanda yang seorang dokter kian dihormati oleh para tetangganya. Walaupun
demikian, keluarga ini tak pernah merasa sombong, angkuh. Bagi mereka, Agama
adalah nomor satu. Tak ada alasan atau pembenaran bagi mereka untuk ke luar
dari aturan agama, walaupun dalam hal sepele.
Dengan tertatih-tatih, Amanda pun turun dari tempat tidurnya.
Perlahan, ia tuju kamar mandi di samping kamar tidurnya.
“Mimpi apa aku tadi? Aneh.”
Kata Amanda dalam hati sambil menatap wajahnya dalam cermin yang
tertempel kuat pada dinding kamar mandinya.
“Perasaan apa ini? Cinta kah ? Ah tak mungkin. Aku gak kenal dia, jadi aku gak mungkin suka sama
dia. Tapi kenapa wajahnya selalu terbayang dalam pikiranku, sampai sampai
kebawa mimpi segala ? Ah, entahlah. “
Amanda mencuci mukanya. Wajah yang cantik bersih itu semakin
bersinar saat terkena percikan air. Rambutnya yang lurus, hitam, yang
senantiasa tertutupi kerudungnya terjulur demikian indah. Ia pelihara mahkotanya itu. Ia sembunyikan
perhiasannya itu. Tak ada seorang lelaki pun yang boleh melihatnya, sampai
nanti ada seseorang yang kan membawanya lepas dari ayah dan ibunya.
JKL
“Apa mungkin cinta tumbuh diantara dua orang yang tak saling
mengenal ?” Pertanyaan Amanda membuka
topik obrolan mereka.
“Kok tiba-tiba kamu ngomongin tentang cinta? Lagi naksir cowok ya
!”celoteh Sindy, sahabat Amanda.
“Serius!”
“Weisss, sabar nona manis, Just kidding”
“Habisnya…”
“Oke deh, kita masuk ke forum serius. Maksud kamu dua orang yang tak
saling mengenal itu gimana ?”
“Dua orang yang sering bertemu tanpa pernah berkenalan satu sama
lain.”
“Kaya kamu sama si Dani ?”
Amanda terkejut, sejenak ia terdiam. Pipinya memerah.
“Kok kamu tahu kalo…”
“Mandaku sayang, kita udah sahabatan dari mulai SMP. Aku udah kenal
kamu kayak sodara kandungku sendiri. Aku tahu gimana sikap kamu kalo lagi
ngambek, lagi seneng, lagi BT, semua tentang kamu aku tahu. Pandangan kamu kalo
liat Dani beda sama pandangan kamu kalo liat laki-laki lain. Gitu juga sebaliknya.”
“Maksud kamu sebaliknya?”
“Diam diam aku sering perhatiin kamu kalo ketemu sama dia. Saat di
parkiran, saat di masjid, saat di kantin, dan diam diam aku juga selidikin
gimana perasaan dia ke kamu.”
“Terus perasaan dia gimana ?”
“Dia suka sama kamu, jauh sebelum kamu suka sama dia. Dari saat MOS,
dia udah naruh hati sama kamu. Dia suka sama kamu.”
“Tapi kan dia belum kenal siapa aku?”
“Mungkin itulah yang disebut cinta pada pandangan pertama. Manda,
dengerin yah, cinta itu gak pandang bulu, gak pandang warna kulit. Cinta bisa
menimpa siapa saja, kapan saja, dari mana saja dia berasal. Cinta itu air,
orang tak bisa hidup tanpanya. Cinta itu udara, orang tak bisa hidup tanpanya.
Cinta itu api, yang siap menghanguskan segalanya. Cinta itu matematika, yang
selalu memusingkan. Cinta itu anugerah jika dia membawa kita menjadi lebih
dekat dengan Sang Pencipta. Cinta itu musibah jika hanya membuat kita lupa
dengan-Nya. ”
“Lalu apa yang harus aku lakukan ?”
“Itulah nasib seorang wanita. Kita hanya bisa menunggu dan
menunggu. Tak etis rasanya kalau wanita
yang lebih dulu menyatakan cintanya pada seorang laki-laki, walaupun orang
bilang sekarang jamannya emansipasi.”
“Hanya menunggu ?”
Sindy terdiam. Sejenak ia rangkai kata-kata yang semoga bisa memberi
jalan yang terbaik.
“Hanya menunggu ? Tak adakah tindakan yang lebih berguna selain
menunggu ? Bukankan menunggu itu membosankan ? dan adakah jaminan bahwa
penantian yang kulakukan tak kan menjadi tindakan yang sia-sia belaka ?
“Bukankah hidup ini pun sebuah penantian, penantianakan datangnya
Malakal Maut yang kan laksanakan tugasnya menjemput nyawa kita ? Apakah kita
hanya terdiam sembari menunggunya ? Dan adakah jaminan bahwa setelah ajal
menjemput, kita akan dibawanya menuju kebahagiaan surgawi ? Kalau demikian, apa
gunanya kita hidup kalau toh nanti juga kita akan mati. Apa guna harta,
jabatan, kedudukan, bukankah semua itu tak kan kita bawa mati? Kau mengerti kan
maksudku? Pendeknya, jangan jadikan penantian ini sebagai sesuatu yang sia-sia.
Jangan jadikan penantian ini menjadi penghalang untuk tetap maju meraih mimpi.
Lakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Dengarkan kata hatimu, dengarkan
jiwamu, karena itulah yang kan membawamu pada kebahagiaan yang diridhoi”
Angin semilir menghembus kedua gadis berjilbab itu. Lembut. Daun-daun ikut melambai tertiup olehnya.
Sepasang burung pipit terbang kian kemari, berkejaran romantis. Terik mentari
dhuha pun ikut menyertai jalannya hari.
JKL
Sebulan berlalu, tak ada perubahan yang berarti. Sepesang muda mudi
itu masih enggan saling sapa. Tiap bertemu, keduanya malah asyik dengan kesalah
tingkahan masing-masing.
Sebulan kemudian, Dani mulai bisa mengendalikan diri saat bertemu
Amanda. Namun, Amanda masih saja salah tingkah kala bertemu dengan dia. Amanda
hanya bisa tersenyum malu kala Dani menyungkingkan senyuman ke arahnya.
Sebulan kemudian, telah ada perubahan yang signifikan. Keduanya
telah berani bertegur sapa dengan senyuman, hanya dengan senyuman. Walaupun
demikian, nampaknya telah ada
getaran-getaran dalam angan mereka. Apakah itu cinta ? Entahlah.
Sebulan kemudian, hal
mengejutkan terjadi. Saat masuk kelas, Amanda disambut oleh senyuman sahabat
karibnya. Senyuman itu adalah senyuman yang khas, yang tak pernah ia lihat dari
sahabatnya itu.
“Penantianmu berakhir sudah saudaraku,” sebuah sinar muncul dari
wajah Sindy, cahaya kebahagiaan, cahaya kurir cinta yang membawakan sebuah
tulisan cinta.
“Maksud kamu ?”
Sebuah amplop berwarna putih ia berikan.
“Amplop apaan ini ?”
“Ampop gaji kakekmu, ya amplop cinta lah dari pangeranmu. Cepet
buruan buka, aku juga kan penasaran pengen baca isinya!”
“Gak boleh, ini rahasia, hanya
untuk pejabat penting !” dengan nada bercanda dan wajah malu-malu Amanda
menggoda sahabatnya itu.
“Ya ampun ke temen sendiri juga masih pake rahasia-rahasiaan. Inget
gak siapa konsultan terbaik buat nampung pertanyaan cinta kamu?”
“Bercanda, gitu aja marah.”
Saat keduanya hendak membuka surat itu, Ibu Asri, guru biologi
mereka yang super galak plus sangat judes dan cerewet masuk kelas. Dengan rasa
penasaran yang amat sangat, Amanda urung membuka surat itu dan harus rela
menyimpannya dalam tas merahnya.
JKL
Purwocipto, 16 Mei
2009
Teruntuk
Gadis Merah Jambu
Yang senyumannya manis
Kulayangkan
surat ini bukan karena hilang rasa hormatku padamu sehingga aku enggan bertatap
muka denganmu, tapi karena aku takut tak kuasa menahan rasa silauku akan sinar cahaya
wajahmu.
Mungkin
ini aneh dalam pikiranmu, atau mungkin
juga ini mengejutkan karena secara tiba-tiba, lelaki yang tak pernah kau kenal
mengirimi kau secuil kertas bertuliskan kata-kata yang tak pernah kau duga
sebelumnya. Tapi tolonglah, dengan sedikit kemurahan hati, sudilah kiranya kau membaca
surat ini.
Berawal
dari waktu MOS setahun yang lalu, aku
bertemu denganmu untuk yang pertama kalinya. Aku salah masuk kelasmu karena aku
kira itu adalah kelasku, dan kau adalah orang yang memberitahuku bahwa itu bukan kelasku. Itu
kelasmu, kelas murid-murid jenius-sepertimu. Sejak saat itu, bayanganmu selalu
teringat dalam memoriku. Aku pun merasa aneh karena sama sekali bayanganmu tak
bisa kuhilangkan dari pikiranku. Seringkali bayangan itu masuk ke dalam
mimpiku, mewarnai tidurku.
“Ah
mungkin ini cuma kekaguman sesaat,” pikirku suatu ketika. Tapi aku salah.
Setelah beberapa minggu kemudian, bayanganmu itu tak hendak pula pergi dari
pikiranku. Sejak saat itu aku sadar bahwa ada semacam getaran kuat yang hadir dalam
hatiku kala melihat wajahmu. Mungkin itu yang namanya cinta.
Perlahan,
tanpa kau ketahui, aku mencari-cari informasi tentang dirimu, sambil aku
kumpulkan keberanianku untuk berkenalan denganmu. Selama itu pula aku tanggung
semua rintangan dan godaan, serta aku tahan getaran yang ada dalam hatiku ini
agar tak pecah menjadi sesuatu yang tak layak disebut cinta.
Selama
itu, gelombang getaran ini seringkali naik dan turun, bak ombak samudera kala
bulan purnama. Kadang getaran itu semakin kuat, semakin kuat, dan semakin kuat.
Tapi tak jarang pula getaran itu dilemahkan dengan keminderanku, rasa rendahku,
rasa tak pantasnya aku mencintai seorang bintang sepertimu. “Pantaskah seorang
pecundang mencintai sang bintang?” pikirku dalam hati.
Dan
setelah sekian lama, terkumpul sudah nyaliku tuk memberikan sepucuk surat ini
sebagai tanda keinginanku untuk
berkenalan lebih jauh dengan dirimu. Kalau bersedia, besok pagi aku
tunggu kamu di parkiran sekolah, dan persiapkan pula untuk hal yang tak pernah
kau duga dan untuk hal yang kan membuatmu shock”
Salam
senyuman rendah diri dan rendah hati
Dari
orang yang ingin mengenalmu
Dani Muhammad
Faisal.
JKL
Cerah cuaca hari ini. Burung pipit pun kian gembira
berkejaran kesana kemari. Awan putih nampak tertempel rapi dalam langit biru di
atas sana. Semilir angin pagi sedikit demi sedikit masuk ke dalam mobil
mercedes merah yang Amanda tumpangi.
Sebuah lagu berjudul First Love lantunan Nikka Costa turut
menyempurnakan indahnya pagi.
Tak lebih dari lima menit lagi Amanda kan mengakhiri
penantiannya. Seorang lelaki pendiam secara tersirat telah memanah jantung
hatinya. Jantung hati yang menaruh harapan dan cinta. Jantung hati yang tak
pernah terjamah dan ternoda. Jantung
hati yang senantiasa terjaga rahmat Pencipta.
Perlahan dia buka pintu mobilnya. Ia ke luar. Matanya
langsung tertuju pada tempat di bawah pohon sana, tempat dimana Dani selalu
meletakan motor butut kesayangannya. Tak ada. Motor bebek tujuh puluh merah
miliknya tak nampak di tempat itu.
“Mungkin dia belum datang” pikirnya.
Ia pun berjalan menuju gerbang. Ia tunggu kedatangan
lelaki itu. Semenit, dua menit, tiga menit, Dani tak kunjung datang juga
menampakan diri. Lima menit berlalu, sepuluh menit, tak datang juga.
Amanda mulai jenuh.
“Mungkin dia tak akan datang” keluhnya sambil
melangkahkan kaki menuju kelasnya.
Saat selangkah kakinya maju, tiba tiba sekitar tiga
orang berlarian hampir menabraknya. Dengan terburu-buru mereka masuk sekolah.
Tak lama kemudian mereka ke luar lagi, larinya diikuti sekelompok guru yang
ikut berlari.
“Mas, ada apa ya ? kok guru-guru sampai berlarian
begitu?” tanya salah seorang murid pada satpam penjaga sekolah.
“Itu, ada anak yang kecelakaan.” Jawab sang satpam.
“Siapa ?”
“Anak sekolah sini, yang suka naik bekjul merah”
Seketika hati amanda terkejut. Ia langsung teringat
baris-baris terakhir yang Dani tuliskan dalam suratnya: “Persiapkan pula untuk hal yang tak pernah
kau duga dan untuk hal yang kan membuatmu shock”.
Hatinya hancur lebur
seketika. Pikirannya sulit mempercayai apa yang telah terjadi. Pandangannya
seketika buram. Langit yang asalnya cerah indah mendadak mendung kelabu. Awan
putih semakin hilang terganti awan hitam. Amanda semakin tak kuasa berdiri.
Pandangannya semakin buram, dan gelap. Amanda roboh.
November 2009