Satu persatu aku tanggalkan atribut-atribut kejahiliyahan
dari tubuhku; gelang yang telah sekian tahun melingkar di pergelangan tangan,
rambut gondrong acak acakan yang seolah telah menjadi ciri khas diriku. Aku orang baik baik. Meski atribut itu tak menggambarkan prilaku
setan, dan aku tetaplah diriku yang sama, aku ingin bertingkah seperti orang
baik lainnya. Pemberontakkan demi
pemberontakkan yang kulakukan ternyata tanpa kusadari telah membawaku ke suatu
tempat antah berantah yang membuatku ingin pulang saja.
Musik musik keras yang tak pernah reda meneriaki gendang
telinga, perlahan mulai kuhentikan.
Alunan macam Ed Sheran dan Passenger ternyata lebih menenangkan
jiwa. Meski liriknya melulu tentang
cinta, tak apalah untuk sementara. Aku
memang sedang membutuhkannya.
Visual-visual dari Yumi Kazama dan junior-juniornya memang
masih menghiasi layar pandang. Ah untuk
yang satu ini benar-benar sulit kulepaskan.
Aku seperti orang yang sudah tidak waras saja; hari ini kuhentikan, besoknya kuputar lagi. Sialan memang. Wanita benar-benar racun yang
memabukkan. Namun aku bersumpah suatu
saat aku akan menghentikannya.
Aku tidak berani menyebutnya sebagai hidayah, karena aku
cukup tahu bagaimana sinting dan tak pantasnya
diriku untuk mendapatkan sesuatu yang mulia seperti itu. Aku lebih suka menyebutnya sebagai rasa
lelah, capai menjalani pertentangan demi pertentangan dalam diriku sendiri. Aku
ingin kembali seperti bayi yang baru lahir, meski pada kenyataannya tidak
banyak “pertaubatan” yang
kulakukan. Yah, pada akhirnya aku hanya
berkata, aku hanyalah manusia biasa, kadang bersikap jahanam layaknya setan,
kadang pula bertingkah sempurna seperti malaikat. Aku hanya pesakitan yang sedang mencari jalan
untuk kembali pulang.
1 komentar:
Cem... Mantap pilihan kata nya !!!
Posting Komentar