Subscribe:

Pages

Rabu, 25 Februari 2015

Bolehkah aku mencintaimu?

"Hai," katamu sambil tersenyum menyambutku
.
Ahh.. aku selalu suka senyuman itu.

Aku hanya membalasmu dengan senyuman tipis yang melengkung di wajah, kemudian menggeser kursi tepat di depanmu.

"Mas," kataku sambil mengacungkan tangan.  Pelayan yang merangkap koki di warung tenda ini kemudian menghampiriku.

"Pesen ayam goreng sambal padang ya satu.  Nasinya nasi uduk. Minumnya air putih aja ya, Mas"

Pelayan tadi mengangguk sambil mencatat semua pesananku,  lantas meninggalkan kita berdua.

Hening melingkupi kita beberapa detik.  Kamu masih sibuk dengan makananmu sementara aku,  aku terlalu asyik melihat kamu makan.

Aku menyukai waktu ketika aku melihatmu dan kamu tidak menyadarinya.

"So?" kataku memecah keheningan. Sebenarnya yang sedang kulakukan adalah bersiap siap mendengarkanmu bercerita.  Cerita yang pastinya panjang lebar dan membosankan.  Iya, sangat membosankan.  Tapi aku akan bersabar mendengarkannya.

"Apa?"  katamu.  Entah sedang berpura pura atau kamu memang tidak mengerti maksudku.

"Iya apa?" balasku tidak mau kalah.

"Apanya yang apa?"katamu lagi.  Lebih tidak mau kalah.

"Isssh.. Gimana ceritanya?"

Kamu pun dengan antusias mulai menceritakan ceritamu.  Tentang kalian berdua.  Tentang bagaimana dia tiap hari menelfonmu, tentang bagaimana dia selalu bersikap manis kepadamu, tentang hubungan jarak jauh kalian.  Tentang dia yang seperti ini, tentang dia yang seperti itu, tentang dia yang begini dan begitu.  Sungguh membosankan.  Tapi aku menikmatinya.  Aku menikmati saat saat mendengarmu berbicara, meski sebenarnya dalam waktu yang sama aku juga menderita.

Selalu seperti itu.

***

Mungkin memang inilah jalan kita.  Kita dipertemukan (hanya) sebagai sahabat, bukan yang lain.


 

0 komentar:

Posting Komentar