Subscribe:

Pages

Sabtu, 15 Desember 2012

Tanpa Judul

Kubiarkan saja alunan lagu dari Naff berjudul Kau Masih Kekasihku itu mengalun datar merayap dari satu neuron menuju neuron lain otakku.  Hanya itu yang bisa kulakukan sambil mencoba menghapusan lukisan senyummu dalam lamunku.  Kubisikkan sebuah cerita rinduku pada bintang, karena kutahu bintang adalah penjaga rahasia terbaik yang tak kan pernah berkhianat, walau terkadang aku berharap salah satu dari bintang-bintang itu membocorkan ceritaku dan menyampaikan padanya.  Aku kemudian diam, menghentikan seluruh melodi dalam saraf-saraf yang masih bergetar menghantarkan rangsangan dari otakku.
Aku (selalu) berusaha menghapus wajah dan senyummu dalam kanvas ingatanku karena semakin aku mengingatmu, semakin aku mencintaimu, dan semakin aku mencintaimu, semakin aku tahu bagaimana tingginya aku akan terjatuh.  Dan ternyata, satu bagian dari saraf-saraf itu tak mau menghentikan getarannya.  Ia membangkang.  semakin aku hentikan, semakin kuat ia menggoreskan kuas-kuasnya melukiskan namamu dalam memoriku. Aku mencoba keras, namun ia semakin cepat merubah tinta-tinta itu menjadi lukisan namamu. Aku pun menyerah. tak mau peduli dengan pembangkangan yang dilakukannya.  Masa bodoh. toh aku kini telah cukup tinggi untuk merasa terjatuh dan mati.


md

0 komentar:

Posting Komentar