Subscribe:

Pages

Minggu, 08 September 2013

Ibu, Aku Ingin Pulang

delapan tahun yang lalu

Telfon genggamku kutempelkan di telinga setelah sebuah nomor telefon aku hubungi.  Beberapa saat kemudian nada sambung pun terdengar di telingaku. Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik, kemudian, "Halo," sebuah suara terdengar dari seberang sana.

"Mah," kataku dengan suara berat.

"Iya, A, ada apa? A apa kabar di sana?"


""Mah, A pengen pulang Ma," isakanku mulai menyertai perkataanku. "A udah ga tahan di sini, Ma. A ga betah, A pengen pulang." Air mata pun tak bisa lagi kubendung, setetes demi setetes mulai membasahi pipiku.

"A yang sabar ya di sana, A harus kuat," Isakan di seberang sana pun mulai terdengar.

"Tapi A udah ga betah, Ma. A pengen pulang. A pengen cepet ketemu mama"

"Sabar, Nak.  Mama juga ingin sekali ketemu sama A. Tapi A harus kuat di sana, jangan pulang dulu ya, Nak. Biar Mama dan Bapak saja yang ke sana jenguk A."

Keesokan harinya kedua orang tuaku datang menemuiku.  Mobil yang mereka tumpangi diikuti sebuah mobil pick up di belakangnya. Mereka menjemputku, membawaku pulang. Tangis haru pun langsung pecah ketika mata kami saling bertemu. Ibuku langsung berlari dan memelukku. Air matanya  jatuh mengenai pundakku. Begitu pun aku. Bendungan rasa rindu yang telah lama kutahan kini ambrol, seperti sungai yang sudah tak mampu dibendung lagi dengan kerikil kerikil kecil. Aku pulang melepas semua beban yang selama ini kupikul seorang diri.

0 komentar:

Posting Komentar