Subscribe:

Pages

Sabtu, 13 April 2013

Dewasa

Dinda, hari hujan lagi. Kota ini memang tak salah disebut kota hujan.  setiap hari hujan turun. Hanya ada satu kota di dunia sepertinya yang memiliki kebiasaan seperti ini, labil, saat hari panas benderang, lima menit kemudian hujan lebat.

Hujan selalu mengingatkanku padamu, maka saat hujan turun, aku menulis ini untukmu.



Dinda, sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu. Ini tentang perasaanku yang akhir-akhir ini mengganggu pikiranku. Ini akan sulit aku ungkapkan, namun aku akan berusaha semampuku untuk mengatakannya.

Tunggulah sebentar, aku sedang mencari kata-kata untuk memulainya.

Dinda, apakah kau tahu bagaimana orang yang telah dewasa mencapai kedewasaannya?
Tahukah kamu bagaimana mereka melewati proses kedewasaan mereka?
Bagaimana caranya? Aku ingin tahu, Dinda.

Akhir-akhir ini aku sering berfikir, sudah saatnya aku menjadi dewasa, bersikap dewasa. Namun, aku sendiri tak tahu bagaimana menjadi dewasa dan bersikap dewasa.  Dulu--bahkan mungkin sampai sekarang--aku selalu berfikir, hiduplah seperti air mengalir.  Namun sisi lain dari diriku berkata bahwa aku tidak akan mencapai kedewasaan dengan cara 'mengalir'.  Kau mengerti kan maksudku?

Pernah aku tanyakan hal ini pada ibuku.  Kau tahu jawabannya?  ibuku bilang aku akan menemukan sediri bagaimana caranya menjadi dewasa.  Tak puas dengan jawaban yang diberikan ibuku, aku bertanya pada ayahku.  Sialnya, jawaban ayahku pun tak jauh beda.

Dinda, sepertinya kau mulai merasa aneh dengan isi pembicaraanku.  Aku sadar, Din, umurku kini tak bisa lagi dikategorikan umur anak kecil.  Sudah tak pantas lagi bagiku untuk merengek-rengek saat aku menginginkan sesuatu. Aku harus telah bisa menentukan arah hidupku, aku seharusnya bisa menentukan apa yang harus aku lakukan untuk hidupku. Dengan kata lain, sudah saatnya aku menjadi dewasa.

Bagaimana menjadi dewasa itu? aku pun belum tahu.

0 komentar:

Posting Komentar