Subscribe:

Pages

Rabu, 01 Agustus 2012

Langitku

Langitku yang biasa adalah langit yang cerah.  satu-satu awan berarak, namun tak cukup angkuh untuk menghalangi matahari dan sinarnya.  Sesekali angin berhembus, pelan-kencang, namun tetap damai.  Anak-anak pun gembira menerbangkan aneka warna dan gaya layangan mereka di langitku yang indah.  setiap hari berlangsung seperti itu, hingga aku merasa ada yang aneh antara kita berdua.  kau tak lagi antusias dengan celotehan-celotehanku.  kau tak lagi tertawa dengan lelucon-lelucon kecilku.  Kau tak lagi bisa lepas berbicara denganku.  Sejak saat itu, langitku berubah kelabu.  Sesekali guntur mengguruh angkuh.  Anak
anak kecil kini enggan menerbangkan layang-layang mereka lagi. Angin yang dulu damai kini semakin buas  saja.  Satu-satu pohon tumbang dibuatnya, sampai suatu ketika, kau berkata bahwa telah ada pengganti dari diriku.  Guntur kini tak hanya bergemuruh.  Kilat-kilat yang mengerikan menyambar di sana-sini. Langitku berubah gelap disertai hujan yang kian deras.  Tak hanya anak-anak saja yang kini enggan keluar, namun orang tua pun juga enggan, bahkan hanya tuk melirik keadaan luar rumahnya.  Banjir menggenang.  Mawar putih merah yang dulu subur kupelihara, kini layu lumpuh tercoreng lumpur yang meluluhkan keindahannya.  Langitku kini gelap, siang dan malam tak bisa kulihat bedanya.

0 komentar:

Posting Komentar